Diterbitkan di Kompasiana:
http://public.kompasiana.com/2009/06/19/debat-capres-dimataku-ketika-sebuah-awal-yang-baik-telah-dimulai/#comments
Menyaksikan debat 3 capres sekaligus di atas panggung untuk mengisi posisi presiden di sebuah negara berkembang sebesar dan sedinamis Indonesia tentulah merupakan sebuah sejarah baru. Hari Kamis tanggal 18 Juni 2009 menjadi saksi dimulainya era demokrasi yang lebih baik untuk Indonesia. Di selenggarakan oleh salah satu group media dengan dua saluran televisi langsung membuat masyarakat dapat kesempatan lebih baik dan lebih tenang -jauh dari provokasi para jurkam- menyimak isi pikiran capres mereka. Debat Capres I ini membahas topik seputar Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance-GG) dan Penegakan Supremasi Hukum.
Dibuka dengan baik oleh pembawa acara kondang Helmi Yahya -yang sejak bermasalah dengan isterinya sudah mulai tidak bisa mengatur rambut - acara mengalir di dahului oleh lagu yang kaku dari Iwan Fals. Tidak mengapa, kemudian acarapun berlanjut dan dibuka oleh Anis Baswedan yang sekarang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina. Memang sudah pantas, acara besar membuat grogi Anis yang memang masih muda dan masih harus menambah jam terbang untuk tampil dilayar kaca dan didepan publik itu.
Namun setelah beberapa kali kesempatan bertanya kepada ketiga Capres, Ibu Mega, Pak SBY dan Pak JK, dan diselingi iklan, akhirnya acara mulai makin menukik dan membaik. Tercatat paling tidak 8 kali kesempatan diberikan moderator kapada masing-masing capres.
Dimulai dengan penyampaian Visi dan Misi masing-masing 10 menit, acara dilanjutkan dengan pertanyaan seragam kepada para capres yang meliputi: RUU Tipikor, Anggaran TNI, Bencana Lumpur Lapindo. Lalu kemudian dalam tahap ketiga pertanyaan berbeda diberikan kepada kandidat yang dikaitkan dengan motto masing-masing pasangan capres. Seperti kita ketahui, moto "Mega-PRo rakyat" adalah milik pasangan No 1 Megawati-Prabowo; sedangkan "Lanjutkan" adalah milik pasangan no 2 SBY-Budiono; dan motto "Lebih Cepat Lebih Baik" adalah milik si "kancil" JK dengan pasangannya Wiranto. Pertanyaan itu terkait dengan masalah pungutan liar, TKI/W seputar pelanggaran HAM . Setelah diberikan kesempatan menyanggah kembali kepada masing-masing capres atas komentar kedua lawan tandingnya, debat ditutup dengan memberikan kesempatan kepada masing2 capres untuk menyampaikan "closing remark" mereka.
Dengan membuat score untuk masing pertanyaan untuk sementara catatan saya mendapatkan total angka tertinggi 17 untuk Mega, 14 untuk SBY dan 15 untuk JK. Ini tentu subyektif hasil penilaian saya sendiri. Namun meski subyektif, saya memberikan penilaian didasarkan kepada berbagai aspek seperti penampilan dan cara penyampaian visi misi, cara dan bobot dalam memberikan jawaban pertanyaan, keseriusan dalam mendengarkan, hingga tak lupa adalah memanfaatkan momentum yang muncul dengan tiba-tiba untuk bisa menambah baik penampilan secara total.
Mega tercatat tampil baik dalam menyampaikan visi misi dengan ketenangan dan tanpa alat bantu berarti. Meski ada catatan dibawanya, terlihat ia mampu menyampaikan buah pikiran dengan baik tanpa alat bantu. Berbeda halnya dengan SBY yang masih menggunakan bbrp kartu atau lembaran kertas. Sementara JK tampil biasa dan agak melebar di awal tapi berhasil baik menutup visi misinya dengan memanfaatkan sisa waktu 3 menit terakhir untuk masalah hukum.
Dalam menjawab pertanyaan tercatat masing-masing capres terlihat cukup menguasai materi. Untungnya pertanyaan moderator masih sangat netral, tidak memancing emosi atau menjebak capres. Lagi-lagi Mega tampil menawan dengan tidak mau memanfaatkan 1 menit waktu yang disediakan moderator ketika diberikan kesempatan untuk berkomentar balik. Ia dengan senyum manis menyatakan "cukup, toh pak SBY dan JK sudah setuju ikut saya!".
Dalam menjawab pertanyaan tentang lumpur Lapindo, JK tampil dan menjawab lebih baik dan komprehensif. Ia mampu menjabarkan 4 hal yang berkaitan dengan bencana tersebut dan sekaligus menekankan pentingnya mencari solusi dan menyelesaikan pokok persoalan yaitu usaha dan upaya yang harus dilakukan untuk menghentikan atau mengendalikan semburan. Sementara kedua kandidat lainnya mengambang dan tampil biasa saja.
Namun ketika menjawab masalah pungli, justru SBY yang memperlihatkan pengetahuannya tentang bagaimana mengkomunikasikan permasalahan kepada para petinggi atau pelaksana negara. Ia mampu menambahkan wawasan tentang online system yang memang ampuh untuk mengurangi praktek pungli sekaligus menekankan pentingnya cara atau metoda untuk menyalurkan aspirasi masyarakat melalui penyediaan kotak pos atau kontak telpon dan sms.
Namun dalam beberapa kali kesempatan, JK juga berhasil menempatkan diri dengan baik dan pas ketika harus memulai jawaban atau memberikan closing remark. Jelas gerak tubuh dan pembawaan Mega dan JK membuat acara menjadi cukup cair mengingat moderator tampil hati-hati dan kurang santai.
Selesainya Debat Capres 1 yang berlangsung cukup praktis dan tidak bertele-tele ini telah menjadi awal yang baik. Score yang saya sampaikan tidaklah terlalu penting karena itu sangat subyektif hasil penilaian saya sendiri yang dibuat apa adanya tanpa ada preferensi atau pesanan. Saya sendiri surprise, bagi saya MEga tampil lebih baik malam ini, disusul JK dan baru SBY. Urutan ini tentu masih sangat premature dan bisa berubah setelah Debat berikutnya. Namun demikian apapun hasil yang saya catat, tentulah diharapkan dapat memperlihatkan gambaran apa yang terjadi dengan persiapan masing-masing capres di belakang layar. Sudah biasa dan sangat sering para capres yang tampil baik saat debat, tidaklah selalu menjadi pemenang pilpres. DImanapun situasi ini terjadi, di seantero bumi.
Namun suatu yang pasti. Awal yang baik telah diperlihatkan oleh para capres dan pendukung mereka yang juga tampil sopan dan baik di forum resmi. Tidak ada teriakan, meski ada tepukan yang diluar aturan. Jelaslah bahwa dengan awal yang baik ini, tentu pula wajar jika kita mulai lagi secara perlahan memupuk rasa optimisme kita akan terbentuknya suatu pemerintahan baru nantinya yang dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih jaya dari saat sekarang. Sungguh sangat terkutuklah jika ada unsur-unsur manapun yang ingin menyabot proses pilpres ini dengan langkah-langkah yang tidak sportif atau mengorbankan rakyat yang sudah lelah dan lapar.
Jika ketiga capres telah tampil baik, sudah semestinya pula partai pendukung masing2 pasangan diharapkan dapat menahan diri untuk bermain dalam ajang yang sportif dan transparan, tanpa menggunakan trik-trik jahat yang membodohi rakyat yang pada akhirnya berujung kepada kehancuran dan kemunduran bangsa Indonesia.
Tidak lupa pula kita memuji penampilan akhir dari moderator Anis Baswedan yang mampu merangkai motto masing-masing capres menjadi suatu kalimat optimis yang juga sangat diharapkan oleh seluruh komponen bangsa. MEski tampil kaku di awal, Iwan Fals, berhasil menutup acara dengan menyuguhkan kepiawaiannya bermain gitar dan harmonika serta vocal yang masih apik dan memukau.
Sayang, lagu penutup yang dibawakan Iwan di "matikan" oleh director acara persis ketika ia melengkingkan kata "garuda" dan lagupun terpotong membawa kedongkolan bagi penikmat seni negeri sendiri, persis seperti banyaknya penyiar di berbagai radio yang merasa sok hebat dan kuasa mempermainkan emosi pendengarnya dengan mematikan lagu yang belum sampai coda.
Untuk mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan, disarankan agar Debat berikutnya diberikan pula kepada stasiun televisi lain, jangan dimonopoli oleh satu group tertentu.
Demikian..majulah Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia kita! AMin ya rabbal alamin.
http://public.kompasiana.com/2009/06/19/debat-capres-dimataku-ketika-sebuah-awal-yang-baik-telah-dimulai/#comments
Menyaksikan debat 3 capres sekaligus di atas panggung untuk mengisi posisi presiden di sebuah negara berkembang sebesar dan sedinamis Indonesia tentulah merupakan sebuah sejarah baru. Hari Kamis tanggal 18 Juni 2009 menjadi saksi dimulainya era demokrasi yang lebih baik untuk Indonesia. Di selenggarakan oleh salah satu group media dengan dua saluran televisi langsung membuat masyarakat dapat kesempatan lebih baik dan lebih tenang -jauh dari provokasi para jurkam- menyimak isi pikiran capres mereka. Debat Capres I ini membahas topik seputar Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance-GG) dan Penegakan Supremasi Hukum.
Dibuka dengan baik oleh pembawa acara kondang Helmi Yahya -yang sejak bermasalah dengan isterinya sudah mulai tidak bisa mengatur rambut - acara mengalir di dahului oleh lagu yang kaku dari Iwan Fals. Tidak mengapa, kemudian acarapun berlanjut dan dibuka oleh Anis Baswedan yang sekarang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina. Memang sudah pantas, acara besar membuat grogi Anis yang memang masih muda dan masih harus menambah jam terbang untuk tampil dilayar kaca dan didepan publik itu.
Namun setelah beberapa kali kesempatan bertanya kepada ketiga Capres, Ibu Mega, Pak SBY dan Pak JK, dan diselingi iklan, akhirnya acara mulai makin menukik dan membaik. Tercatat paling tidak 8 kali kesempatan diberikan moderator kapada masing-masing capres.
Dimulai dengan penyampaian Visi dan Misi masing-masing 10 menit, acara dilanjutkan dengan pertanyaan seragam kepada para capres yang meliputi: RUU Tipikor, Anggaran TNI, Bencana Lumpur Lapindo. Lalu kemudian dalam tahap ketiga pertanyaan berbeda diberikan kepada kandidat yang dikaitkan dengan motto masing-masing pasangan capres. Seperti kita ketahui, moto "Mega-PRo rakyat" adalah milik pasangan No 1 Megawati-Prabowo; sedangkan "Lanjutkan" adalah milik pasangan no 2 SBY-Budiono; dan motto "Lebih Cepat Lebih Baik" adalah milik si "kancil" JK dengan pasangannya Wiranto. Pertanyaan itu terkait dengan masalah pungutan liar, TKI/W seputar pelanggaran HAM . Setelah diberikan kesempatan menyanggah kembali kepada masing-masing capres atas komentar kedua lawan tandingnya, debat ditutup dengan memberikan kesempatan kepada masing2 capres untuk menyampaikan "closing remark" mereka.
Dengan membuat score untuk masing pertanyaan untuk sementara catatan saya mendapatkan total angka tertinggi 17 untuk Mega, 14 untuk SBY dan 15 untuk JK. Ini tentu subyektif hasil penilaian saya sendiri. Namun meski subyektif, saya memberikan penilaian didasarkan kepada berbagai aspek seperti penampilan dan cara penyampaian visi misi, cara dan bobot dalam memberikan jawaban pertanyaan, keseriusan dalam mendengarkan, hingga tak lupa adalah memanfaatkan momentum yang muncul dengan tiba-tiba untuk bisa menambah baik penampilan secara total.
Mega tercatat tampil baik dalam menyampaikan visi misi dengan ketenangan dan tanpa alat bantu berarti. Meski ada catatan dibawanya, terlihat ia mampu menyampaikan buah pikiran dengan baik tanpa alat bantu. Berbeda halnya dengan SBY yang masih menggunakan bbrp kartu atau lembaran kertas. Sementara JK tampil biasa dan agak melebar di awal tapi berhasil baik menutup visi misinya dengan memanfaatkan sisa waktu 3 menit terakhir untuk masalah hukum.
Dalam menjawab pertanyaan tercatat masing-masing capres terlihat cukup menguasai materi. Untungnya pertanyaan moderator masih sangat netral, tidak memancing emosi atau menjebak capres. Lagi-lagi Mega tampil menawan dengan tidak mau memanfaatkan 1 menit waktu yang disediakan moderator ketika diberikan kesempatan untuk berkomentar balik. Ia dengan senyum manis menyatakan "cukup, toh pak SBY dan JK sudah setuju ikut saya!".
Dalam menjawab pertanyaan tentang lumpur Lapindo, JK tampil dan menjawab lebih baik dan komprehensif. Ia mampu menjabarkan 4 hal yang berkaitan dengan bencana tersebut dan sekaligus menekankan pentingnya mencari solusi dan menyelesaikan pokok persoalan yaitu usaha dan upaya yang harus dilakukan untuk menghentikan atau mengendalikan semburan. Sementara kedua kandidat lainnya mengambang dan tampil biasa saja.
Namun ketika menjawab masalah pungli, justru SBY yang memperlihatkan pengetahuannya tentang bagaimana mengkomunikasikan permasalahan kepada para petinggi atau pelaksana negara. Ia mampu menambahkan wawasan tentang online system yang memang ampuh untuk mengurangi praktek pungli sekaligus menekankan pentingnya cara atau metoda untuk menyalurkan aspirasi masyarakat melalui penyediaan kotak pos atau kontak telpon dan sms.
Namun dalam beberapa kali kesempatan, JK juga berhasil menempatkan diri dengan baik dan pas ketika harus memulai jawaban atau memberikan closing remark. Jelas gerak tubuh dan pembawaan Mega dan JK membuat acara menjadi cukup cair mengingat moderator tampil hati-hati dan kurang santai.
Selesainya Debat Capres 1 yang berlangsung cukup praktis dan tidak bertele-tele ini telah menjadi awal yang baik. Score yang saya sampaikan tidaklah terlalu penting karena itu sangat subyektif hasil penilaian saya sendiri yang dibuat apa adanya tanpa ada preferensi atau pesanan. Saya sendiri surprise, bagi saya MEga tampil lebih baik malam ini, disusul JK dan baru SBY. Urutan ini tentu masih sangat premature dan bisa berubah setelah Debat berikutnya. Namun demikian apapun hasil yang saya catat, tentulah diharapkan dapat memperlihatkan gambaran apa yang terjadi dengan persiapan masing-masing capres di belakang layar. Sudah biasa dan sangat sering para capres yang tampil baik saat debat, tidaklah selalu menjadi pemenang pilpres. DImanapun situasi ini terjadi, di seantero bumi.
Namun suatu yang pasti. Awal yang baik telah diperlihatkan oleh para capres dan pendukung mereka yang juga tampil sopan dan baik di forum resmi. Tidak ada teriakan, meski ada tepukan yang diluar aturan. Jelaslah bahwa dengan awal yang baik ini, tentu pula wajar jika kita mulai lagi secara perlahan memupuk rasa optimisme kita akan terbentuknya suatu pemerintahan baru nantinya yang dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih jaya dari saat sekarang. Sungguh sangat terkutuklah jika ada unsur-unsur manapun yang ingin menyabot proses pilpres ini dengan langkah-langkah yang tidak sportif atau mengorbankan rakyat yang sudah lelah dan lapar.
Jika ketiga capres telah tampil baik, sudah semestinya pula partai pendukung masing2 pasangan diharapkan dapat menahan diri untuk bermain dalam ajang yang sportif dan transparan, tanpa menggunakan trik-trik jahat yang membodohi rakyat yang pada akhirnya berujung kepada kehancuran dan kemunduran bangsa Indonesia.
Tidak lupa pula kita memuji penampilan akhir dari moderator Anis Baswedan yang mampu merangkai motto masing-masing capres menjadi suatu kalimat optimis yang juga sangat diharapkan oleh seluruh komponen bangsa. MEski tampil kaku di awal, Iwan Fals, berhasil menutup acara dengan menyuguhkan kepiawaiannya bermain gitar dan harmonika serta vocal yang masih apik dan memukau.
Sayang, lagu penutup yang dibawakan Iwan di "matikan" oleh director acara persis ketika ia melengkingkan kata "garuda" dan lagupun terpotong membawa kedongkolan bagi penikmat seni negeri sendiri, persis seperti banyaknya penyiar di berbagai radio yang merasa sok hebat dan kuasa mempermainkan emosi pendengarnya dengan mematikan lagu yang belum sampai coda.
Untuk mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan, disarankan agar Debat berikutnya diberikan pula kepada stasiun televisi lain, jangan dimonopoli oleh satu group tertentu.
Demikian..majulah Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia kita! AMin ya rabbal alamin.
1 comment:
Wacker, Sie hat der einfach glänzende Gedanke besucht viagra cialis erfahrungen [url=http//t7-isis.org]cialis online[/url]
Post a Comment